Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kolonialisme dan Imperialisme Barat Sejarah RI

Kolonialisme dan Imperialisme Barat Sejarah RI 

Sebelum membahas lebih jauh perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia, pertama-tama terlebih dahulu perlu memahami perspektif historiografis kita tentang hal itu selama ini. Sejak kapan dan berapa lama Indonesia dijajah oleh Belanda ? Sebuah pertanyaan yang sederhana, akan tetapi tidak mudah untuk dijawab.

Buku-buku sejarah yang ada di Indonesia selama ini memaparkan berbagai interpretasi sejarawan yang berbeda dalam upaya mereka merekonstruksi dan menjelaskan kolonialisme dan imperialisme Barat khususnya Belanda di Indonesia, sedangkan masyarakat juga memiliki pemahaman sendiri tentang sejarah yang sama. 

Kolonialisme dan Imperialisme Barat Sejarah RI

Di dalam sistem pengetahuan masyarakat Indonesia tentang masa lalu, mereka percaya bahwa bangsa Indonesia telah dijajah oleh Belanda selam 350 tahun, sebelum tentara Jepang mengambilalih kekuasaan pada saat Perang Dunia II dan aktivis pergerakan kebangsaan Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Seperti ditulis oleh seorang sejarawan terkemuka Indonesia di awal kemerdekaan Moh. Ali,''kedatangan Cornelis Houtman sebagai pelopor penjajahan Belanda, penjajahan dalam arti yang sebenarnya yaitu memeras untung yang sebanyak-banyaknya''.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika sampai saat ini pun masih banyak orang di Indonesia beranggapan bahwa penjajahan tiga setengah abad itu sebagai sebuah kenyataan. Padahal dalam perspektif sejarah objektif, anggapan itu tidak lebih dari sebuah mitos, dan bahkan sampai tingkat tertentu pendapat itu telah berubah menjadi ideologi pembodohan yang seolah-olah harus diterima sebagai kebenaran oleh bangsa Indonesia.

Cara pandang di atas secara tegas menghubungkan sejarah kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia dengan VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602, bukan dengan kedatangan Portugis pada awal abad ke-16 atau munculnya pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-19.

Namun jika dilakukan pengkajian terhadap periodisasi yang dibuat oleh sebagian besar sejarawan akademis, mereka pada prinsipnya membedakan antara sejarah kekuasaan Belanda dengan terbentuknya negara kolonial di Indonesia.

Jika hal yang pertama dapat dihubungkan dengan VOC, namun hampir semua yang ada di dalam kelompok sejarawan itu sepakat bahwa pembentukan negara kolonial hanya berkaitan erat dengan pemerintahan Hindia Belanda, bukan dengan VOC.

Sejarawan Belanda Vincent Houben berpendapat bahwa sejarah Indonesia sebagai sebuah koloni dimulai dari tahun setelah 1800. Pendapat serupa dapat dilihat dengan tulisan M.C.Ricklefs yang menyatakan bahwa pembentukan negara kolonial juga dimulai sekitar tahun 1800.

Sejarawan Indonesia terkemuka Sartono Kartodirdjo mulai menggunakan istilah pemerintahan kolonial setelah berbicara tentang masa Hindia Belanda dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sejarah Indonesia Baru.

Namun pada buku lain yang diedit oleh Sartono Kartodirdjo, VOC dimasukkan di dalam perlawanan-perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme. Sebagian besar sejarah yang ditulis oleh sejarawan Indonesia tidak membedakan secara tegas antara reaksi terhadap penetrasi Barat dengan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Barat ketika berbicara tentang perlawanan kerajaan atau rakyat di kepulauan Indonesia sejak abad ke-17.

Hal itu menunjukan adanya standar ganda dalam memahami kedudukan VOC di dalam sejarah Indonesia. Di dalam tradisi historiografi Indonesia selama ini, terminologi masa kolonial pada satu sisi mencakup periode VOC, namun pada sisi yang lain VOC tidak diakui sebagai sebuah kekuasaan kolonial.

Sebuah perspektif yang sedikit berbeda ditawarkan oleh buku Sejarah Nasional Indonesia, yang kerangka dasar berfikirnya sangat dipengaruhi oleh Sartono Kartodirdjo. Buku itu menempatkan VOC dalam konteks kontak awal kerajaan-kerajaan Islam atau kerajaan tradisional dengan Barat.

Sementara itu Hindia Belanda ditempatkan dalam lingkup perkembangan Indonesia sejak abad ke-19. Berbagai perlawanan yang muncul sebelum abad ke-19 diidentifikasi oleh buku ini sebagai reaksi kerajaan-kerajaan Islam terhadap penetrasi Barat, sedangkan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda hanya mencakup peristiwa-peristiwa yang berlangsung sejak abad ke-19, ketika kekuasaan Hindia Belanda telah terbentuk menggantikan VOC.

Adanya kebimbangan historiografis yang berkaitan dengan VOC itu dapat dipahami mengingat kompleksitas dari identitas organisasi itu sendiri. Menurut Vincent Houben, VOC sebagai perusahaan multinational pertama di dunia bersifat menduka sejak awal. 

Biarpun VOC didirikan dalam rangka menggabungkan perusahaan-perusahaan dagang Belanda yang saling bersaing secara ekonomis pada waktu itu, keberadaan VOC  tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan kekuasaan politis dan unsur-unsur militer pemerintahan Belanda.

Dalam bahasa sejarawan Indonesia Moh. Ali, ''VOC adalah negeri Belanda yang berdagang dengan leluasa atau negeri Belanda dengan nama VOC''. Lebih lanjut menurut C.R. Boxer, hak istimewa octroi yang diberikan oleh Staten-Generaal menjadikan VOC tidak lebih dan tidak kurang merupakan bentuk virtual dari negara di dalam negara,

VOC tidak lagi dipahami sebagai sebuah perusahaan dagang yang sekedar melakukan aktivitas ekonomi dengan kerajaan dan masyarakat di Kepulauan Indonesia pada masa itu, melainkan telah menjadi sebuah otoritas politik yang setara dengan sebuah pemerintahan.

Hak militer defensif yang pada mulanya ditujukan untuk melawan Portugis, ternyata dalam perkembangannya telah berubah opensif dan menjadi identitas diri yang sangat menonjol dalam ekspansi VOC di Kepulauan Indonesia.

Post a Comment for "Kolonialisme dan Imperialisme Barat Sejarah RI"